Upacara Adat Brobosan

 




Tradisi Brobosan biasa dilakukan ketika upacara kematian. Brobosan berarti menerobos, yaitu jalan bergantian sebanyak tiga kali di bawah keranda atau peti jenazah yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Dimulai dari sebelah kanan, ke sebelah kiri, ke depan, hingga kembali ke sebelah kanan. Para kerabat dan tetangga akan membantu menyiapkan ubo rampe, makanan dalam sesaji atau sajen. Setelah ubo rampe selesai disiapkan, akan ada pidato dari perwakilan pihak keluarga. Pidato berisi ucapan maaf mewakili seseorang yang meninggal, bila semasa hidupnya pernah memiliki salah. Kemudian, pidato diakhiri dengan doa dan brobosan.


Tradisi ini lekat dengan kebijakan orang Jawa, yang merujuk pada sikap bakti terhadap orang tua atau leluhurnya. Keluarga terdekat seperti anak dan cucu melakukan brobosan berdasarkan pepatah Jawa “mikul dhuwue mendhem jero” yang berarti senantiasa menjunjung tinggi dan mengingat jasa orang yang telah tiada.


Tujuan upacara ini agar keluarga yang ditinggalkan dapat melupakan kesedihan yang mendalam. Semua keluarga akan berkumpul dan melakukan ritual ini sebagai perpisahan terakhir sebelum jenazah dimakamkan. Dengan harapan, semua keluarga bisa benar-benar merelakan kepergian. Ritual ini juga sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada jenazah untuk melepasnya ke alam keabadian. Tak hanya penghormatan untuk jenazah, tetapi juga untuk leluhur yang sudah meninggal lebih dulu. Masyarakat Jawa percaya bila melakukan ritual ini akan mendapat berkah, atau tuah dari orang yang meninggal.


Ritual upacara adat ini dilakukan di halaman depan rumah orang yang meninggal, sebelum jenazah diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir. yang dihadiri oleh Sanak keluarga, kerabat dan tetangga sekitar.



Berikut adalah video bersumber dari YouTube :


Sumber :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rondo Royal (Makanan Khas Jepara)

Upacara Adat Napak Tanah